Totemisme Dan Perkawinan Sakramental
DOI:
https://doi.org/10.60011/jumpa.v5i1.41Kata Kunci:
cinta, relasi kekerabatan, ritualAbstrak
Penghayatan totemis dan sakramen perkawinan merupakan dua bentuk
aktivitas manusia yang bersifat keagamaan. Totemisme adalah bentuk
kepercayaan pada suku-suku primitive yang terdapat di berbagai tempat
di muka bumi antara lain pada suku-suku Indian di Amerika, Aborigin di
Ausdtralia, Marind- Anim di Papua dan pada berbagai suku bangsa
lainnya di Afrika.2 Penghayatan totemis berkaitan erat dengan ikatanikatan
kekerabatan dalam klen-enksogam. Subjek pemujaan adalah
leluhur, kerabat. Di dalam sakramen perkawinan, Allah menjadi dasar
pemersatu suami-istri. Allah dihadirkan melalui cinta suasami-isteri.
Ketaatan dan kesetiaan suami istri menghadirkan Allah dalam hidup
mereka3. Praktek totemisme maupun sakramen perkawinan berupaya
mewujudkan suatu persekutuan hidup yang utuh dengan menghadirkan
secara nyata citra diri leluhur mitis maupun Allah. Konsekuensi dari
praktek tersebut adalah bahwa dari waktu ke waktu setiap anggota pemilik
totem yang maupun mereka yang telah menerima sakramen perkawianan
(keluaga-keluarga Kristen) selalu berusaha untuk menjadi bagian dari
kehidupan subyek keyakinan imannya (leluhur mitis maupun Allah).
Dalam totemisme, ritual-ritual pemujaan totem menjadi sarana
mempersatukan anggota totem dengan subyek pemujaannya sedangkan
dalam sakramen perkawinan, berbagai kegiatan kerohanian seperti doa,
novena, ret-ret, perayaan ulang tahun, misa untuk pasutri bertujuan
menghadirkan “cinta” yakni Allah sendiri sebagai sumber rahmat Ilahi
yang menghidupkan.
Referensi
R. Hardawiryana (Penterj.), 2008, Dokumen Konsili Vatikan II, Jakarta:
Obor.
Alf.Catur Raharso, 2006, Paham Perkawinan dalam Hukum Gereja Kolik,
Malang: Dioma.
Maria S. Dhavamoni, Loc Cit (Bdk. Pemikiran E. Dhukeim, tentang Totem dan
Kekerabatan).
JURNAL JUMPA Vol. V, No. 1, April 2017 | 72
Agus A. Alua, (Cet. 2), 2006, Karakteristik Dasar Agama-Agama
Melanesia, Biro Penelitian STFT Fajar Timur, Abepura, Jayapura
Papua
Baal van, J, 1956. Dema, Description and Analysis of Marind Anim Culture,
The Huge.
Boelaars, J, 1986. Manusia lrian Dulu, Sekarang dan Masa Depan, Jakarta:
Gramedia
C. Groenen, 1993, Perkawinan Sakramental, Antropologi dan Sejarah
Teologi, Sistimatik, Spiritual, Pastoral, Yogyakarta:.Kanisius
Dhavamony Mariasusai, 2003. Fenomenologi Agama, Yogyakarta:
Kanisius
Keesing, M. Roger, 1992. Antropologi Budaya Suatu Perspektif
Kontemporer. I, II, Jakarta: Erlangga
Kuper & Kuper, 2000, Ensiklopedia Ilmu-Ilmu Sosial, penerjemah, Haris
Munandar, et al-Ed (The Social Sciences Encyclopedia), Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Pritchard, Evans, E.E., 1984. Teori-Teori tentang Agama Primitif,
Yogyakarta: PLP2M
A.Rapport Roy, 1978, Pigs For The Ancestors, Ritual in the Ecology of a
New Guinea People, Yele University Press, New Haven and
London.
Warip, M, 1995. SukuMmind-Anim Di KabupatenMerauke, dalam Etnografi
Irian Jaya Pemerintah Daerah Tingkat I Irian Jaya, Jayapura.
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2017 Xaverius Wonmut
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.