Berspiritualitas Katekis Menuju Konsistensi Penghayatan Panggilan Menjadi Seorang Katekis
DOI:
https://doi.org/10.60011/jumpa.v5i1.42Kata Kunci:
spiritualitas, konsistensi, pengahayatan panggilan, katekisAbstrak
Katekis adalah satu profesi yang digeluti dan dimiliki oleh orang khusus
yang membaktikan dirinya demi pendidikan iman akan Yesus karena
profesionalismenya di bidang pendidikan dan pengajaran agama katolik.
Menghayati panggilan menjadi katekis bukan suatu tahapan yang dilewati
pada masa tertentu saja, tetapi dihayati seumur hidup sesuai dengan
panggilan menjadi katekis. Panggilan menjadi katekis hanya mungkin
bertahan, menggema, mengakar dalam diri jika dilandasi oleh spiritualitas
katekis. Katekis adalah orang yang dipanggil secara khusus untuk ikut
terlibat didalam karya pewartaan iman akan Kristus. Katekis dipanggil
membela kehidupan atau pro-life. Membela kehidupan dapat diwujudkan
melalui pewartaan iman yang benar dan menghidupi nilai-nilai manusiawi
kristiani dengan benar dan tepat. Kita ditantang untuk mewujudkan
idealisme hidup menjadi katekis. Kenyataan dunia modern saat ini dengan
adanya MEA (Manusia Ekonomi Asia), maka setiap orang akan
berhadapan dengan dunia yang bebas tanpa kompromi. Arus komunikasi
dan relasi antar manusia semakin mudah, bebas dan tidak terkontrol.
Orang akan hidup dengan dirinya sendiri tanpa ada yang mengawasi.
Dunia zaman ini menawarkan banyak hal yang serba instan, cepat dan
mudah. Katekis yang tidak mengalami suasana perkembangan seperti ini
dikatakan jaman dulu (jadul). Kata-kata yang memprovokasi rasa, minat
dan harga diri akan merasuk dalam diri dan akhirnya muncul aksi, kreasi
dan imajinasi untuk memenuhinya. Dengan demikian, katekis diharapkan
memiliki konsistensi dalam panggilannya serta perwujudan dirinya
menjadi pewarta firman Tuhan. Spiritualitas katekis memungkinkan terjadi
konsistensi penghayatan panggilan menjadi katekis. Jati diri seorang
katekis ditantang oleh zaman namun spiritualitas dapat memperkuat
ketahanan diri sehingga mampu untuk menghadapi zaman.
Referensi
Alfred McBride, O.Praem. Images Jesus, Menyelami 10 Rahasia Pribadi
Yesus. Jakarat: Obor, 2003
Benigno Wego, SVD, “Spiritualitas Sosial, Mungkinkah?”, Vox, 38 / 1/
Catechesi Tradendae
Cletus Groenen, Spiritualitas Santo Fransiskus (Mans.), Yogyakarta: 1970
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat, Jakarta : 2008
H.Pidyarto O.Carm. Spiritualitas Pewarta Menurut Alkitab, Malang:
Dioma, 2005
JURNAL JUMPA Vol. V, No. 1, April 2017 | 94
John R.H. Moorman,” The Fransiskans”, Cheslyn John, the Study of
Spirituality. London: SPCK, 1994
Karl Rahner. Foundations of Christian Faith: An Introduction to Idea of
Christianity. London: Longman & Todd, 1978.
L.Prasetya, Keterlibatan Kaum Awam Sebagai anggota Gereja, Malang:
Dioma, 2006
------------------, Menjadi Katekis, Siapa Takut!, Yogyakarta: Kanisius, 2007
Papo Yakob Papo, Memahami Katekese, Pegangan Dasar Bagi Para
Pembina Dan Penggerak Katekese, Ende: Nusa Indah.
Xavier Leon-Dufour (ed), Dictionary of Biblical Theology, s.v. Holy.
Robert Hardawiryana, SJ, Spiritualitas Imam Diosesan, Melayani Gereja
Indonesia masa Kini, Kanisius: Jogyakarta, 2000
------------------, Peranan Gereja Dalam Masyarakat Pluri –Religies di
Asia:Mewartakan Dalam kebebasan, Orientasi baru/Pustaka Filsafat
Teologi, no.5, 1991
-------------------, Dokumen Konsili Vatikan II (terj.), Obor: Jakarta, 1993
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2017 Markus Meran
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.