Berspiritualitas Katekis Menuju Konsistensi Penghayatan Panggilan Menjadi Seorang Katekis

Penulis

  • Markus Meran STK St. Yakobus Merauke

DOI:

https://doi.org/10.60011/jumpa.v5i1.42

Kata Kunci:

spiritualitas, konsistensi, pengahayatan panggilan, katekis

Abstrak

Katekis adalah satu profesi yang digeluti dan dimiliki oleh orang khusus
yang membaktikan dirinya demi pendidikan iman akan Yesus karena
profesionalismenya di bidang pendidikan dan pengajaran agama katolik.
Menghayati panggilan menjadi katekis bukan suatu tahapan yang dilewati
pada masa tertentu saja, tetapi dihayati seumur hidup sesuai dengan
panggilan menjadi katekis. Panggilan menjadi katekis hanya mungkin
bertahan, menggema, mengakar dalam diri jika dilandasi oleh spiritualitas
katekis. Katekis adalah orang yang dipanggil secara khusus untuk ikut
terlibat didalam karya pewartaan iman akan Kristus. Katekis dipanggil
membela kehidupan atau pro-life. Membela kehidupan dapat diwujudkan
melalui pewartaan iman yang benar dan menghidupi nilai-nilai manusiawi
kristiani dengan benar dan tepat. Kita ditantang untuk mewujudkan
idealisme hidup menjadi katekis. Kenyataan dunia modern saat ini dengan
adanya MEA (Manusia Ekonomi Asia), maka setiap orang akan
berhadapan dengan dunia yang bebas tanpa kompromi. Arus komunikasi
dan relasi antar manusia semakin mudah, bebas dan tidak terkontrol.
Orang akan hidup dengan dirinya sendiri tanpa ada yang mengawasi.
Dunia zaman ini menawarkan banyak hal yang serba instan, cepat dan
mudah. Katekis yang tidak mengalami suasana perkembangan seperti ini
dikatakan jaman dulu (jadul). Kata-kata yang memprovokasi rasa, minat
dan harga diri akan merasuk dalam diri dan akhirnya muncul aksi, kreasi
dan imajinasi untuk memenuhinya. Dengan demikian, katekis diharapkan
memiliki konsistensi dalam panggilannya serta perwujudan dirinya
menjadi pewarta firman Tuhan. Spiritualitas katekis memungkinkan terjadi
konsistensi penghayatan panggilan menjadi katekis. Jati diri seorang
katekis ditantang oleh zaman namun spiritualitas dapat memperkuat
ketahanan diri sehingga mampu untuk menghadapi zaman.

Referensi

Alfred McBride, O.Praem. Images Jesus, Menyelami 10 Rahasia Pribadi

Yesus. Jakarat: Obor, 2003

Benigno Wego, SVD, “Spiritualitas Sosial, Mungkinkah?”, Vox, 38 / 1/

Catechesi Tradendae

Cletus Groenen, Spiritualitas Santo Fransiskus (Mans.), Yogyakarta: 1970

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa Edisi Keempat, Jakarta : 2008

H.Pidyarto O.Carm. Spiritualitas Pewarta Menurut Alkitab, Malang:

Dioma, 2005

JURNAL JUMPA Vol. V, No. 1, April 2017 | 94

John R.H. Moorman,” The Fransiskans”, Cheslyn John, the Study of

Spirituality. London: SPCK, 1994

Karl Rahner. Foundations of Christian Faith: An Introduction to Idea of

Christianity. London: Longman & Todd, 1978.

L.Prasetya, Keterlibatan Kaum Awam Sebagai anggota Gereja, Malang:

Dioma, 2006

------------------, Menjadi Katekis, Siapa Takut!, Yogyakarta: Kanisius, 2007

Papo Yakob Papo, Memahami Katekese, Pegangan Dasar Bagi Para

Pembina Dan Penggerak Katekese, Ende: Nusa Indah.

Xavier Leon-Dufour (ed), Dictionary of Biblical Theology, s.v. Holy.

Robert Hardawiryana, SJ, Spiritualitas Imam Diosesan, Melayani Gereja

Indonesia masa Kini, Kanisius: Jogyakarta, 2000

------------------, Peranan Gereja Dalam Masyarakat Pluri –Religies di

Asia:Mewartakan Dalam kebebasan, Orientasi baru/Pustaka Filsafat

Teologi, no.5, 1991

-------------------, Dokumen Konsili Vatikan II (terj.), Obor: Jakarta, 1993

Unduhan

Diterbitkan

01-04-2017

Cara Mengutip

Meran, M. (2017). Berspiritualitas Katekis Menuju Konsistensi Penghayatan Panggilan Menjadi Seorang Katekis. Jurnal Masalah Pastoral, 5(1), 73–94. https://doi.org/10.60011/jumpa.v5i1.42