Penerimaan Komuni Pertama Pada Anak Usia 7 Tahun

Suatu Kajian Teoritis Dan Empiris Berdasarkan Dokumen Quam Singulari

Penulis

  • Jantje Rasuh STK St. Yakobus Merauke

DOI:

https://doi.org/10.60011/jumpa.v1i1.6

Kata Kunci:

akal budi, orang tua, imam

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah anak berusia 7 tahun sudah bisa menerima komuni pertama menurut dokumen Quam Singulari. Penelitian dilakukan di sekolah dasar Xaverius II Merauke dan SD Mikael Merauke. Subjek peneitian berjumlah 44 orang anak kelas 1 SD Xaverius II Merauke dan 52 anak kelas 1 SD Mikael Merauke. Hasil penelitian menunjukkan t = 4,785 pada dk = 0,005 untuk SD Saverius II, dan t = 2,89 pada dk 0,005. Itu berarti anak-anak dari kedua sekolah tersebut sudah mencapai usia akal budi menurut Quam Singulari. Setelah itu penelitian ini dilanjutkan dengan uji perbedaan antara kemampuan subjek kelas 1 SD Xaverius II dengan kelas 1 SD Mikael dalam menjawab Quesioner yang diberikan. Dimana subjek dari SD Xaverius II mendapatkan pengajaran materi persiapan komuni pertama dan subjek dari SD Mikael tidak diberikan materi tersebut. Hasil uji t menunjukkan t = 2,189 pada dk = 0,005. Itu berarti terdapat perbedaan antara subjek yang menerima materi persiapan dan tidak. Perbedaannya terletak pada kemampuan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan moralitas. Untuk mendapatkan penelitian yang holistik penelitan ini dilanjutkan dengan survey pendapat orang tua dan para imam tentang batas usia komuni pertama. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan angket pada orang tua yang tinggal di Keuskupan Agung Merauke berjumlah 45 responden, sedangkan para imam berjumlah 9 orang diwawancarai melalui telpon. Para imam berdomisili di beberapa keuskupan di Indonesia dan memiliki latar belakang pendidikan dari seminari tinggi yang berbeda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa para orang tua dan imam tidak menyetujui anak berusia 7 tahun menerima komuni pertama karena belum mampu menangkap makna sakramen. Semoga penelitian ini menjadi bahan acuan dalam menentukan batas usia atau kriteria seseorang sudah bisa menerima komuni pertama.

Referensi

Boli Ujan B. (2010). Berapa Usia Anak Untuk Komuni dan Pengakuan Dosa. Artikel.

Betapa Istimewanya (Quam Singulari). Bernadette Maria “dc” Gloria (Penyunting). Ende: Nusa Indah, 2003.

Fowler J.W. (1995). Teori Perkembangan Kepercayaan. Alih bahasa: Agus Cremers. Editor: A. Supratiknya. Yogyakarta: Kanisius.

Hall C. S. & Lindzey G. (1993). Teori-teori psikodinamika (klinis). Yokyakarta: Kanisius.

H. Syamsu Yusuf L N. (2007) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Kongregasi Ibadat dan Tata-tertib Sakramen (2004) Redemptionis Sacramentum. R.P. Cornelis Bohm, MSC. Jakarta: Komisi Liturgi KWI.

Kholberg L. (1995). Tahap-tahap perkembangan moral. Pen.Santo d.j. & Cremers A. Yogyakarta : Kanisius.

Sugiyono.(2007) Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Suparno P. (2001). Perkembangan kognitif jean piaget.Yogyakarta: Kanisius.

Fowler J.W.(1995) Teori-teori perkembangan kepercayaan. Ed. Supratiknya A. Pen. Cremers A. Yogyakarta : Kanisius.

Santrock J.W. (2003) Adolescence, perkembangan remaja. Alih bahasa: Adelar S.B.; Saragih S. Ed: Kristiaji W.C; Sumiharti S. Jakarta: Erlangga.

Diterbitkan

01-02-2012

Cara Mengutip

Rasuh, J. (2012). Penerimaan Komuni Pertama Pada Anak Usia 7 Tahun: Suatu Kajian Teoritis Dan Empiris Berdasarkan Dokumen Quam Singulari. Jurnal Masalah Pastoral, 1(1), 44–55. https://doi.org/10.60011/jumpa.v1i1.6