Persepsi Generasi Muda Katolik Terhadap Katekis dan Guru Agama Katolik

Penulis

  • Jantje Rasuh STK St. Yakobus Merauke

DOI:

https://doi.org/10.60011/jumpa.v1i1.7

Kata Kunci:

Generasi muda, persepsi, guru agama, katekis

Abstrak

Generasi muda merupakan tulang punggung Gereja, bangsa dan negara. Eksisnya Gereja akan ditentukan oleh generasi mudanya. Begitu juga dengan pelayanan pastoral Gereja Katolik yang membutuhkan orang muda untuk menjadi guru agama dan katekis. Guru agama Katolik berperan penting dalam pewartaan iman Katolik melalui kesaksian hidup, pendidikan dan pengajaran. Kurangnya orang muda untuk menjadi guru agama dan katekis menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi orang muda Katolik terhadap guru agama dan katekis. Penelitian dilakukan pada Sekolah Menengah Atas Yoanes XXIII Merauke dan SMA Yos Sudarso Merauke. Responden berjumlah 214 orang kelas X sampai XII, terdiri dari 145 siswa SMA Yoanes XXIII dan 69 siswa SMA Yos Sudarso. Pengambilan data dengan metode angket, yaitu angket persepsi terhadap guru agama Katolik dengan nilai reliabilitas Internal Consistency Alfa Cronbach ri = 0,429, dan angket katekis dengan nilai ri = 0,528. Analisis data menggunakan statistik deskriptif. Hasil perhitungan menunjukkan subjek umumnya berada pada kategori rata-rata untuk hasil pengukuran angket katekis dan guru agama. Hal ini berarti sebagian besar responden kurang berminat menjadi guru agama dan katekis. Namun ada cukup banyak responden yang berada pada kategori tinggi dan sangat tinggi, yaitu 63 orang pada angket guru agama dan 60 orang pada angket katekis. Hal ini mengindikasikan mereka memiliki kecendrungan untuk berminat menjadi guru agama dan katekis. Dari hasil penelitian ini perlu adanya pembinaan pada generasi muda dengan perencanaan strategis agar tersedianya kader untuk berkarya di Gereja dan pemerintahan.

Referensi

Azwar (2003). Penyusunan skala psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budiyono Hd. A.P. (Ed). (2009). Bunga rampai katekese. Surakarta: Sekolah tinggi IPI Malang.

Chaplin (1995). Kamus psikologi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Dokumen hasil pertemuan komisi kateketik Keuskupan Agung Merauke (2011). Pengkaderan dan pendidikan katekis di Keuskupan Agung Merauke.

Dinas Pendidikan dan Pengajaran (2012). Data jumlah siswa di kabupaten Merauke.

Hamu F. J. (2011) Kompetensi guru agama Katolik. (Jurnal sepakat).Palangka Raya: STIPAS

Tahasak Danum Pambelum.

Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan: suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Ivancavich J. M. dkk. (2007). Perilaku dan manajemen organisasi. Edisi 7. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Kementrian Agama Kabupaten Merauke (2011). Jumlah sekolah dan guru agama Katolik di kabupaten Merauke.

Komisi Kateketik KWI (Penerjemah). (1997). Pedoman untuk katekis: dokumen mengenai arah panggilan, pembinaan, dan promosi katekis di wilayah-wilayah yang berada di bawah wewenang CEP. Yogyakarta: Kanisius.

Pusat bahasa depertamen pendidikan nasional (2001). Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi Ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.

Rubiyatmoko R.D.R. (Ed.). (2006). Kitab Hukum Kanonik. Jakarata: Konferensi Wali Gereja Indonesia.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan remaja. Adelar, S. B. & Saragih, S. (ahli bahasa). Kristiaji, W. C. & Sumiharti, Y. (Ed.). Jakarta: Erlangga.

Tangdilintin P. (2008). Pembinaan generasi muda dengan proses Vosram. Yogyakarta: Kanisius.

Diterbitkan

01-02-2012

Cara Mengutip

Rasuh, J. (2012). Persepsi Generasi Muda Katolik Terhadap Katekis dan Guru Agama Katolik. Jurnal Masalah Pastoral, 1(1), 55–67. https://doi.org/10.60011/jumpa.v1i1.7