Paradigma Pedagogi Refleksi (PPR)
Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Dalam Dunia Pendidikan
DOI:
https://doi.org/10.60011/jumpa.v3i1.14Keywords:
paradigma, pedagogi refleksi, PPR, pendekatan pembelajaranAbstract
Landasan judul ini adalah idealisme tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 yaitu untuk membentuk pribadi siswa yang beriman, berakhlak mulia, berilmu, sehat dan berkompetensi dalam rangka membentuk bangsa yang bermartabat. Oleh karena itu diperlukan pola pendekatan pembelajaran yang tepat agar tujuan pmbelajaran dapat tercapai. Paradigma pedagogi reflektif adalah sebuah solusi alternatif yang ditawarkan untuk mencapai hal tersebut. Penulis membagi tulisan ini dalam 3 (tiga) bagian, yang pertama landasan teori tentang paradigma pedagogi reflektif (PPR), bagian kedua tentang bagaimana PPR dikaji dalam konteks proses pembelajaran dan analisis peluang-peluang penerapan PPR. Bagian terakhir penulis berusaha memberikan suatu usulan praktis mengenai aplikasi PPR di sekolah-sekolah khususnya dalam proses pembelajaran. Berdasarkan kajian teori yang telah penulis lakukan, paradigma pedagogi reflektif adalah pola pembelajaran yang mengintegrasikan pemahaman masalah dunia, kehidupan dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam proses yang terpadu, sehingga nilai – nilai itu muncul dari kesadaran dan kehendak peserta didik melalui refleksinya yang mengantar mereka pada kedalaman hidup beriman yaitu relasinya dengan Tuhan (aspek vertikal) dan juga relasinya dengan manusia (aspek horizontal). Pelaksanaan atau penerapan paradigma pedagogi reflektif tidak akan pernah bisa lepas dari kegiatan refleksi, karena refleksi adalah pusat atau inti dari pola pendekatan ini. Refleksi dapat kita pahami sebagai suatu proses mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi dan perasaan untuk menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari. Melalui penerapan PPR dalam proses pembelajaran, diharapkan anak didik dapat berkembang secara integral. Integral berarti berkembang secara utuh dan menyeluruh, baik dari aspek kognitif, afektif, psikomotor dan yang lebih utama dari semua itu adalah penghayatan iman yang semakin mendalam.
References
Drost, J. (1999). Pedagogi Ignasian. Jakarta: Grasindo.
Finlay, Linda. “Reflecting on Refelctive Practice.” Jurnal Pendidikan No.52. (Januari, 2008), hlm. 8-12.
Hurlock, Elizabeth. (1990). Perkembangan Anak. Jilid 2. Alih bahasa: Dr. Med. Meitasari Tjandrarasa. Jakarta: Erlangga.
James, Francisco Moreno. (2009). Agama dan Akal Fikiran, Naluri Rasa Takut dan Keadaan Jiwa Manusiawi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Martin, Anthony Dio. (2008). Emotional Quality Management−Refleksi, Revisi dan Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi. Jakarta: HR Excellency. Riberu. (1983). Dokumen-dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Dokpen MAWI.
Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sindhunata. (2006). Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Soehardi. (2003). Spiritual Intelegence Metode Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Soelaiman, M. Munandar. (2001). Ilmu Sosial Dasar: Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tim penyusun P3MP & LPM USD. (2008). Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Trianto. (2007). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Winkel, W.S. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2014 Yohanes Hendro Pranyoto

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.